Hubungi Kami

info@leanconstructionblog.com

Loading the Elevenlabs Text to Speech AudioNative Player...

Sort atau Penyortiran adalah mengategorikan semua material dan menghilangkan yang tidak diperlukan.

Figure 77 Kategori 5S dimulai dengan SORT

Konsep sort sangat sederhana. Anda hanya perlu mengeluarkan semua material yang jumlahnya melebihi apa yang dianggap sebagai jumlah strategis untuk lokasi kerja Anda. Kelebihannya adalah Anda dapat menentukan apa arti jumlah strategis itu. Namun, jika Anda melebih-lebihkan jumlah tersebut, hasilnya Anda akan menjadi merencanakan pemborosan. Jika Anda merencanakan persediaan berlebih, maka Anda akan menciptakan pemborosan (waste) di mana-mana—tidak hanya dalam persediaan.

Ada banyak jenis material, alat, dan peralatan yang berbeda di setiap lokasi kerja. Kita akan menyebut semua aset pekerjaan ini sebagai material. Ketika membaca istilah material, pikirkan juga alat, peralatan, atau aset apa pun yang dibutuhkan pekerjaan tersebut. Istilah ini juga mencakup tenaga kerja. Dalam ilustrasi di bawah, material direpresentasikan dengan bentuk-bentuk tertentu.

Figure 78 Semua hal yang dibutuhkan direpresentasikan sebagai bentuk

Anda mengumpulkan semua material dan mengelompokkannya ke dalam kategori. Hal ini tidak harus dilakukan secara fisik, tetapi Anda harus mengetahui jumlah yang ada di lokasi. Setelah dikelompokkan, misalnya, semua kopling setengah inci dalam satu kategori, semua washer setengah inci dalam kategori lain, semua pulpen biru bersama-sama, atau semua spidol hitam bersama-sama. Apapun material Anda, kategorikan ke dalam kelompok. Hasilnya adalah Anda mengetahui jumlah material berdasarkan kategori di lokasi kerja. Kemudian, Anda dapat mengajukan dua pertanyaan, apakah material ini perlu disimpan di tempatnya sekarang? bagaimana seharusnya kebutuhan penggunaan material ini berdasarkan kategori?

Apakah kita membutuhkan material tersebut untuk pekerjaan hari ini, minggu ini, dua minggu ke depan, sebulan sekali, tiga bulan sekali, atau setahun sekali? Kita harus mengeluarkan material yang tidak kita butuhkan. Mungkin kita menyimpannya karena berpikir suatu saat akan diperlukan, tetapi itu tidak efisien dan membuang-buang sumber daya. Kita harus menangani material tersebut berulang kali seiring perubahan kondisi dan permintaan sepanjang siklus proyek atau perusahaan. Kita perlu memiliki rencana yang lebih baik. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat—tentang material yang kita butuhkan—membantu kita memperjelas apa yang kita butuhkan dan kapan kita membutuhkannya.

Dalam konstruksi tradisional, memiliki material di dekat lokasi proyek dianggap hal yang baik. Material sering disimpan di dalam trailer. Namun, dalam proyek konstruksi ramping, pengaturan seperti ini dianggap sebagai pemborosan, baik dalam bentuk persediaan berlebih maupun pemborosan transportasi. Persediaan berlebih harus dikelola dan dikendalikan. Kita hanya ingin memiliki material yang cukup untuk pekerjaan selama satu atau dua minggu ke depan. Idealnya, sebagian besar proyek konstruksi berjalan dengan ritme mingguan. Berapa banyak material yang dibutuhkan untuk pekerjaan kita masing-masing?

Figure 79 Material, Alat, dan Peralatan Berlebih Dihilangkan

Setelah menentukan kebutuhan, kita dapat menentukan lokasi penyimpanan dan memesan material sesuai kebutuhan. Hal-hal yang sering digunakan akan disimpan di dekat lokasi kerja. Sedangkan material yang hanya digunakan tiga bulan sekali akan disimpan lebih jauh, bahkan mungkin dikembalikan ke pemasok (supplier) untuk mereka simpan kembali (restock).

Kita sering merasa tergoda untuk menyimpan semua material di lokasi sejak awal hingga akhir proyek. Pengalaman menunjukkan, pemiliki proyek (owner) sering kali meminta kita melakukan pekerjaan secara mendadak, sementara kita tidak memiliki material, informasi, atau alat yang dibutuhkan untuk memulai. Akibatnya, kita merasa bahwa memiliki semua material di lokasi adalah cara yang efisien untuk bersiap menghadapi tuntutan mendadak ini. Namun, apakah ada cara yang lebih baik?

Kerampingan (lean) mengajarkan bahwa memiliki semua material di lokasi tidak seefisien yang kita kira. Kita menghabiskan banyak waktu untuk mencari dan mengelola material yang menumpuk di lokasi proyek. Dengan menerapkan sistem 5S, kita dapat mengurangi penanganan material yang tidak perlu dan meningkatkan cara pengelolaan material di lokasi. Rencana produksi yang rinci sejak awal memastikan kemampuan kita untuk memenuhi janji pelaksanaan pekerjaan kepada pemiliki proyek. Dalam proyek konstruksi ramping kita harus bertanya berapa banyak material yang dibutuhkan setiap minggu untuk memenuhi jadwal produksi? apakah kita sudah memiliki rencana mingguan untuk pekerjaan yang akan diselesaikan? material apa yang selalu diperlukan untuk mendukung kecepatan produksi tersebut?

Sort atau Penyortiran adalah mengategorikan semua material dan menghilangkan yang tidak diperlukan. Hal yang tidak diperlukan adalah segala sesuatu yang lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedang berlangsung. Kita harus menentukan apa arti jumlah persediaan strategis bagi kita. Misalnya, untuk pekerjaan kita, mungkin hanya dibutuhkan persediaan untuk satu atau dua minggu. Semua yang lebih dari itu—dilabeli merah—adalah persediaan yang berlebih dan harus dihilangkan. Berapa banyak material yang Anda perlukan di dekat lokasi untuk menyelesaikan pekerjaan selama satu atau dua minggu?

Sumber: https://leanconstructionblog.com/Sort%E2%80%93the-First-S.html

add one

George Trachilis, P.Eng., tinggal di Kanada dan menjadi konsultan di seluruh dunia. Ia memulai kariernya di Motor Coach Industries pada tahun 1994, di mana ia menerima pelatihan Lean dari konsultan terbaik di bidang sistem ERP, manufaktur Just-in-Time, dan Total Quality Management. Setelah memimpin perubahan selama lebih dari 10 tahun, ia memutuskan untuk mendirikan firma konsultannya sendiri pada tahun 2003. Firma tersebut berkembang menjadi salah satu Perusahaan dengan Pertumbuhan Tercepat di Kanada pada tahun 2006. George adalah Penulis dan Pelatih peraih Penghargaan Riset Shingo. Ia juga merupakan salah satu penulis Lean Construction Leaders: A Trade Partner’s Guide to Lean.


Perry adalah Direktur Eksekutif Lean di Parsons Electric Company (PEC). Ketertarikan Perry pada konstruksi berawal dari tradisi keluarganya di bidang konstruksi pertukangan dan batu. Perry mengabdi dengan terhormat di Angkatan Udara Amerika Serikat. Setelah itu, ia menghabiskan bertahun-tahun meraih gelar di industri teknologi hingga bergabung dengan Parsons dan memulai kariernya di bidang konstruksi kelistrikan, tempat ia mengabdi selama lebih dari dua puluh tahun. Perry adalah instruktur bersertifikat untuk Lean Construction Institute (LCI), pernah menjabat di dewan pendidikan LCI, dan merupakan instruktur bersertifikat untuk Lean Leadership Institute (LLI) milik Jeff Liker.


Sastria Wresniwira adalah profesional teknik sipil lulusan ITB dengan gelar Sarjana Teknik Sipil (2015), Magister Manajemen Konstruksi melalui program fast-track (2016), serta Program Profesi Insinyur (2021). Kariernya dimulai sebagai Structural Engineer di Lapi Ganeshatama Consulting (2015), dilanjutkan OJT di Proyek Transmart Malang PT PP (2018), sebelum bergabung sebagai Method Engineer dan kemudian Production & Cost Control di PT PP Persero Tbk. Sejak 2019 hingga 2023, ia berperan sebagai Lean Coordinator Divisi Gedung Operasi, dan kini menjabat di Stratech Division sebagai pengelola Lean Construction Innovation Management System. Keahliannya di bidang Lean Construction ditunjukkan melalui berbagai prestasi, seperti juara K2R 4.0 (2019), keterlibatan sebagai komite K2R ITB, serta menjadi pembicara, trainer, dan mentor di level nasional maupun internasional, termasuk konferensi IGLC ke-31 di Prancis (2023) dan IGLC ke-33 di Jepang (2025). Sejak 2021, ia juga aktif sebagai Ketua Community of Practice Lean Construction PT PP (Persero) untuk mendorong praktik lean di industri konstruksi.