Hubungi Kami

info@leanconstructionblog.com

Loading the Elevenlabs Text to Speech AudioNative Player...

Salah satu konsep umum dalam industri konstruksi adalah bahwa ada tiga unsur utama dalam sebuah proyek: Jadwal, Biaya, dan Kualitas. Pemilik proyek disarankan untuk memilih dua dari tiga unsur tersebut, dan dengan demikian mengorbankan yang ketiga (misalnya, Anda bisa mendapatkan biaya dan jadwal yang sesuai, tetapi tidak dengan kualitas yang diinginkan. Atau sebaliknya, Anda mungkin mendapatkan kualitas dan jadwal yang diinginkan, tetapi tidak dalam anggaran yang tersedia).

Salah satu komponen yang paling kuat dan sering disalahpahami dalam Integrated Project Delivery adalah pemikiran sistematis dari Target Value Design atau Target Value Delivery (TVD). Konsep utama TVD adalah untuk menurunkan biaya (atau mempertahankan biaya dan meningkatkan nilai) proyek melalui fase desain dan pengiriman tanpa mengurangi kualitas yang diberikan atau jadwal penyelesaian. Pada dasarnya, TVD adalah sebuah proses untuk memastikan bahwa pemilik menerima ketiga elemen jadwal, biaya, dan kualitas.

Untuk menurunkan biaya sambil mempertahankan jadwal dan kualitas, tim menetapkan target biaya untuk desain dan konstruksi yang biasanya lebih rendah dari perkiraan saat ini. Target ini biasanya ditetapkan sebagai tujuan yang menantang untuk mendorong tim agar menginovasikan cara-cara baru dalam menyampaikan proyek, bukan hanya untuk lebih efisien dalam melakukan hal-hal dengan cara tradisional.

Target dapat memiliki dua efek: mereka bisa memotivasi tim untuk mencapai hasil luar biasa, atau mereka bisa merusak budaya tim dan mendorong anggota tim kembali ke perilaku tradisional.

Lima hal yang perlu dipertimbangkan saat menetapkan target untuk proses TVD yang sukses:

  1. Jangan menetapkan target secara sembarangan. Harus ada logika yang mendukung target tersebut.

    Target dapat ditetapkan dengan berbagai cara. Mereka bisa ditetapkan sebagai pengurangan persentase dari anggaran saat ini atau biaya yang diizinkan pemilik, biaya per kaki persegi, biaya per unit (misalnya, per ruang pemeriksaan atau per tempat tidur di sektor kesehatan), perbandingan dengan proyek serupa, atau metode lainnya. Pilih jenis target yang masuk akal untuk proyek dan relevan dengan tim. Banyak tim akan menentang target dengan pengurangan besar tanpa justifikasi yang mendukung alasan di balik target tersebut.

  2. Libatkan tim dalam menetapkan target, jangan menetapkannya dalam kekosongan.

    Semakin banyak Anda dapat melibatkan anggota tim individu dan perusahaan dalam alasan di balik target, semakin besar dukungan tim terhadap target tersebut. Bahkan jika target tampak seperti sebuah tantangan, memahami bagaimana sebuah target ditetapkan adalah langkah pertama dalam melibatkan tim untuk mengejar target tersebut. Tanpa keyakinan dan pemahaman tentang target, tim bisa terputus dan kembali ke perilaku pengiriman proyek tradisional.

  3. Buatlah target yang dapat dicapai, bukan sesuatu yang terlalu agresif hingga tampak tidak mungkin.

    Target harus menjadi tujuan yang menantang untuk memotivasi tim agar berinovasi. Jika target terlalu mudah, tim akan mencapainya hanya dengan sedikit lebih efisien, tetapi budaya tidak akan berubah dan inovasi sejati tidak akan terjadi. Jika target terlalu agresif, tim akan merasa target tersebut tidak dapat dicapai dan malah fokus pada perlindungan keuntungan mereka dan membatasi risiko.

  4. Fokuslah pada pengoptimalan keseluruhan, bukan hanya satu bagian.

    Jika target ditetapkan berdasarkan perusahaan atau sistem individu, anggota tim akan terdorong untuk mengoptimalkan bagian mereka sendiri tanpa mempertimbangkan proyek secara keseluruhan. Menetapkan target berdasarkan sistem (misalnya, MEP, Inti/Shell, dll.) dapat memungkinkan adanya kompromi antar anggota tim untuk menurunkan biaya keseluruhan atau meningkatkan nilai yang diberikan pada proyek. Transfer ruang lingkup dan pembayangan kembali metode pengiriman sering kali memungkinkan tim untuk mencapai target yang agresif.

  5. Fokuslah pada proses, bukan hanya angka.

    Proses menetapkan target mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang proyek bagi semua peserta. Dengan menetapkan target konstruksi yang menantang tim, hal ini akan memberi kebebasan bagi tim untuk berpikir tentang bagaimana proyek disampaikan dan memungkinkan mereka untuk menemukan solusi baru. Proses memahami faktor-faktor yang memengaruhi biaya adalah salah satu langkah awal dalam benar-benar mencapai target. Setelah tim memahami secara mendalam apa yang mempengaruhi biaya, mereka dapat fokus untuk menemukan cara untuk menurunkan risiko dan menurunkan biaya untuk menyelesaikan proyek.


Kesimpulan

Tanpa manajemen yang sengaja, proyek cenderung meningkat biayanya melalui fase scoping, desain, dan konstruksi. Target Value Design / Target Value Delivery menawarkan strategi untuk mengelola biaya proyek melalui pengembangannya dan konstruksinya. Menetapkan target biaya untuk tim dapat menyelaraskan pemikiran dan memotivasi anggota tim untuk berinovasi. Bagaimana target tersebut ditetapkan dan siapa yang terlibat dalam penetapannya sama pentingnya dengan target apa yang sebenarnya ditetapkan dalam proyek. Melalui strategi yang fokus, proyek dapat mencapai ruang lingkup, jadwal, dan biaya yang diinginkan.

Sumber: https://leanconstructionblog.com/5-Things-to-Consider-When-Setting-Targets-For-Target-Value-Delivery.html

add one

James Pease berspesialisasi dalam Pengiriman Proyek Terpadu untuk fasilitas pelayanan kesehatan. Ia telah menyelesaikan lebih dari $500 juta dalam proyek modal yang kompleks. Ia merupakan anggota Grup Inti LCI NorCal dan kontributor leanipd.com, sebuah situs web yang berfokus pada dukungan implementasi Pengiriman Proyek Terpadu.


Ressa Adrian Bernessa, akrab disapa Ressa, saat ini menjabat sebagai Ahli Muda Produksi di Divisi Produksi dan Operasional Ekselen PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Lulusan Magister Teknik Manajemen Proyek Universitas Indonesia ini aktif menulis jurnal ilmiah seperti Finite Element Study of Vacuum Preloading and Prefabricated Vertical Drains Behavior for Soft Soil Improvement dan Safety Cost Component Development of Risk-Based Standardized Work Breakdown Structure, serta turut menjadi penulis buku The Secret to Millennial Engagement. Selain itu, ia aktif berorganisasi sebagai Waskita Millennials (2019), Change Agent (2020–sekarang), pengurus Serikat Pekerja Waskita, Ketua Bidang Rekayasa dan Transportasi PII Cabang Bogor, hingga Relawan Bakti BUMN Batch IV (2023). Sebelumnya, ia pernah bertugas sebagai Production Evaluator di IKN Standardization AdHoc dan anggota Tim Lean Construction Waskita. Berbagai prestasi juga diraih, seperti Best Transformation Incentive Program dan Breakthrough Program Waskita 2022. Kini, Ressa menginisiasi sistem Project Performance Index sebagai pengembangan Lean Construction dan Early Warning System pada proyek-proyek Waskita.